Mahasiswa Prodi Ilmu Kelautan FPIK UTU Gelar Seminar The 3rd Marine Science
  • UTU News
  • 12. 04. 2019
  • 0
  • 3488

MEULABOH – Mahasiswa Program Studi (Prodi) Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan-Universitas Teuku Umar (FPIK UTU) melaksanakan 3rd Marine Science Seminar Series dengan tema, "Overview of marine pollution in indonesian” . Seminar yang dilaksanakan, di Ruang Seminar FPIK,  Jumat, 12 April 2019, dibuka Ketua Prodi Ilmu Kelautan FPIK, Mohamad Gazali, M. Si

Ifvana Ira Yunilda, Ketua Devisi Humas Prodi Ilmu Kelautan menjelaskan, pemateri seminar  3rd Marine Science Seminar Series adalah Hayatun Nufus, S.Kel., M.Si yang juga dosen FPIK prodi Ilmu Kelautan.  Hayatun Nufus dalam materinya antara lain menyampaikan, Indonesia tercatat sebagai penyumbang sampah plastik terbesar kedua di dunia setelah China.  Dan akan berdampak buruk  bagi Laut yang luar biasa jika tidak ditangani secepatnya.

“Bayangkan, bagaimana sampah plastik itu kita buang, dan tidak akan terurai ke lingkungan, kemudian masuk ke sungai, ke laut, ikannya makan plastik, kepitingnya terlilit plastik”. Limbah plastik adalah barang buangan yang berupa plastik yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri maupun domestik (rumah tangga), yang lebih dikenal sebagai sampah  yang  pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karena tidak memiliki nilai ekonomis.

Dampak plastik terhadap lingkungan merupakan akibat negatif yang akan ditimbulkan terhadap alam, karena plastik itu bukan berasal dari senyawa biologis. Plastik memiliki sifat sulit terdegradasi (non-biodegradable). Plastik diperkirakan membutuhkan waktu 100 hingga 500 tahun hingga dapat terdekomposisi (terurai) dengan sempurna. Sampah kantong plastik dapat mencemari tanah, air, laut, bahkan udara, papar Hayatun Nufus.

Pemanfaatan limbah plastik dapat dilakukan dengan pemakaian kembali (reuse) maupun daur ulang (recycle). “Jadi berapa banyak lagi kerusakan ekosistem laut yang timbul akibat menumpuknya sampah plastik di perairan kita? Jika kita membiarkan sampah plastik terus  ‘merajalela’,  maka tidak ada yang bisa menjamin seberapa cepat waktu yang dibutuhkan bagi sampah plastik”, ujar Hayatun Nufus. Untuk merusak kelestarian kekayaan hayati laut Indonesia, yang justru merupakan salah satu sumber penghidupan bagi kita dan generasi penerus kita nanti. ‘Cinta laut itu hebat’. (zakir)

Lainnya :