Bincang Literasi Bersama Dosen UTU Doktor Firman Parlindungan
  • UTU News
  • 23. 01. 2021
  • 0
  • 1695

MEULABOH, UTU – Lima pakar literasi level nasional berkesempatan membahas dan memberikan pemahaman tentang literasi baru, Sabtu, 23 Januari 2021. Tema, “Kajian Literasi Baru: Kecakapan dan Praktik Literasi Dalam Keseharian”. Salah seorang pakar diantaranya adalah Firman Parlindungan, Ph.D, Dosen Universitas Teuku Umar (UTU) lulusan University Amerika Serikat.

Lima narasumber membahas tentang literasi adalah Firman Parlindungan, Ph.D (Ketua Pusat Pengembangan Kurikulum dan Bahasa Universitas Teuku Umar), Irfan Rifai, Ph.D (dari Universitas Bina Nusantara), Pratiwi Retnaningsih, Ph.D (dari Universitas Negeri Surabaya), Tati Lathipatud Durriyah, Ph.D (dari Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah), dan Zulfa Sakhiyya, Ph.D (dari Universitas Negeri Semarang)

Dalam bincang-bincang via zoom meeting, membahas makna literasi sebagai kecakapan hidup, dan bagaimana literasi sebagai ‘praktik’. Dalam bincang literasi tersebut, juga mendiskusikan cara membumikan teori literasi untuk memotret fenomena dan praktik sehari-hari di sekolah, keluarga dan masyarakat.

Firman Parlindungan antara lain mengatakan, membumikan literasi perlu dimaknai bahwa literasi tidak hanya membicarakan persoalan membaca dan menulis saja, tetapi juga melibatkan komunikasi sehari-hari. Literasi menjadi tanggung jawab semua pihak, bukan hanya pendidik saja, karena literasi berkaitan erat dengan peradaban bangsa.

“Kajian literasi baru merupakan lensa pemikiran yang menempatkan literasi tidak hanya sebagai kecakapan teknis, tetapi literasi juga perlu dilihat dari segi praktik sosialnya, seperti penggunaan teknologi, budaya membaca dan menulis serta komunikasi dialogis dalam kehidupan sehari-hari”, ujar Firman.

Sebelumnya, Sofie Dewayani, Ph.D dari ITB (sebagai moderator) mengajak semua peserta dan teman-teman supaya dapat berkonstribusi dengan membahasakan kajian-kajian literasi dalam bahasa yang lebih mudah agar sampai pada sasarannya, sehingga bisa menempatkan masyarakat tidak hanya sebagai objek penelitian tetapi bisa mendayagunakannya. Secara lebih umum kepada masyarakat bahwa gerakan literasi baru ini sudah semakin marak, baik gerakan literasi ekolah maupun literasi masyarakat. Dan berharap gerakan literasi ini juga bisa merujuk kepada penelitian dan kajian empiris.

“Kebijakan literasi juga saat ini sedang dibahas lebih banyak lagi, tentunya kita semua menginginkan agar kebijakan ini juga berbentuk pada studi-studi empiris yang sudah dilakukan”, tambah Sofie. Sedangkan narasumber lain, Pratiwi Retnaningsih menyampaikan, bahwa identitas literasi merupakan bagaimana seseorang mengkonstruksi diri sebagai pembaca, penulis dan pengguna bahasa. (***)

Komentar :

Lainnya :